Stunting adalah gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yang berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.
Tatalaksana penanganan kasus stunting menitikberatkan pada pencegahannya bukan lagi proses pengobatan. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Pada tahun 2019 Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 18 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut.
Berikut Grafik Persentase Stunting diKabupaten Sumbawa Barat

Sumber : Bulan Penimbangan Balita Tahun 2019 dan 2020
Dari data grafik diatas menunjukkan perbandingan persentase dua tahun terakhir di Kabupaten Sumbawa Barat,terjadi peningkatan angka stunting dari tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2020 yaitu sebanyak 0,1%. Pada tahun 2019 persentase stunting sebanyak 15,09% sedangkan pada tahun 2020 naik menjadi 15,80%. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan angka stunting secara kabupaten walaupun di beberapa kecamatan ada yang menurun.
Ada beberapa hal yang menyebabkan angka stunting tersebut naik walaupun tidak banyak dan tidak mengalami penurunan antara lain adanya pandemi covid. Ada beberapa kegiatan yang tidak bisa maksimal dilaksanakan pada masa pandemi tersebut, seperti kegiatan posyandu atau kegiatan pemantauan tumbuh kembang selama 3 bulan, dengan alasan semua kegiatan yang mengumpulkan orang banyak ditutup karena pada waktu itu angka covid meningkat.
Selain hal tersebut penyebab multifaktor lainnya masih perlu menjadi evaluasi bersama seperti optimalisasi pelaksanaan kelas parenting, Bina keluarga Balita yang belum mengcover semua Balita, Program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang belum ada di semua desa lokus serta cakupan layanan pada program kesehatan keluarga dan Gizi masih ada yang belum mencapai 100%.
Berbagai upaya dari seksi gizi dan puskesmas serta OPD terkait sudah dilakukan dalam rangka penurunan angka stunting antara lain : optimalisasi kelas gizi atau pos giat dengan lebih fokus pada pemanfaatan pangan lokal dan optimalisasi konseling dan demo masak PMBA di semua posyandu di masing masing wilayah puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat, Program Gemari Ikan, KRPL, Bina Keluarga Balita, kegiatan FDS untuk KPM PKH,  Peningkatan Kualitas Sanitasi layak dan Air minum, penuntasan 5 pilar STBM, optimalisasi peningkatan kualitas posyandu keluarga, Orientasi perubahan perilaku bagi tenaga kesehatan dan kader serta kegiatan kegiatan rutin lainnya,
  1. Faktor Determinan Yang Membutuhkan Perhatian
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) yaitu belum optimalnya evaluasi dari implementasi masing masing program yang sudah dilaksanakan terutama di tingkat lapangan. Dari hasil survey faktor determinan terjadinya stunting  yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Poltekes Mataram Menunjukkan bahwa masih rendahnya asupan makanan tinggi protein dan kalori  bagi Bayi Balita yang terdampak masalah Gizi, Masih rendahnya penerapan pola pemberian makan balita sesuai standar pada tatanan Rumah Tangga sehingga berpengaruh  terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Halhal lain yang masih memerlukan perhatian juga adalah evaluasi yang intensif dan berjenjang terhadap kegiatan program yang sudah dilaksanakan terutama di tingkat rumah tangga dan berbasis keluarga untuk mengetahui efektifitas keberhasilan program.  tingkat pengetahuan tentang makanan bergizi serta pengaruh dari perilaku hidup bersih dan sehat tatanan Rumah tangga juga perlu dioptimalkan.
  1. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK Yang Masih Bermasalah
Evaluasi terhadap perilaku kunci Rumah Tangga 1000 HPK antara lain terkait dengan pola pengasuhan terhadap Bayi dan Balita yang belum sesuai standar  dalam pemberian makan bayi dan anak masih belum sesuai anjuran PMBA,  terutama pada pengenalan pertama MP-ASI yang masih memberikan MP-ASI pabrikan sperti SUN, Milna dan lain lain. Perlu strategi dan langkah langkah yang tepat di masa pandemi ini dalam prioritas peningkatan kualitas pelayanan untuk ibu hamil, ibu Nifas, Bayi dan Balita. Karena tidak bisa dipungkiri selama pandemi berpengaruh terhadap pelayanan bagi sasaran. Oleh sebab itu pemerintah kabupaten, kecamatan dan desa bersama Dinas Kesehatan dan OPD terkait membuat inovasi inovasi yang bisa membantu optimalisasi implementasi intervensi yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan penurunan stunting seperti optimalisasi pos gizi masyarakat untuk Balita dan ibu hamil berbasis pangan lokal, integrasi Bina Keluarga Balita dan Paud dalam pemantauan tumbuh kembang balita, alaram TTD bumil, Jumat Minum TTD , penyuluhan dan cek kesehatan remaja di sekolah ( Juminten ) dan kegiatan inovasi lain dari masing masing wilayah.
  1. Kelompok Sasaran Beresiko
Kelompok sasaran beresiko yang masih memerlukan perhatian lebih diantaranya calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan usia dibawah 2 tahun. Remaja putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berprilaku sehat sehingga bayi yang dikandung dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang baru lahir tersebut berhak mendapatkan inisiasi menyusu dini, asi ekslusif serta pemberian makanan pendamping asi yang sesuai dengan kebutuhan usianya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sehingg diharapkan anak tersebut dapat menjadi anak yang sehat dan cerdas dan dapat meningkatkan IPM di masa depan.

 

Tahun 2020 :

Tahun 2019 :